Maret
Maret adalah bulan pertemuan kita. Kamu masih ingat? Pertemuan ini sangat lucu. Entah, disengaja atau tidak, namun pertemuan kita seakan sudah diatur oleh Tuhan. Aku sangat tertarik dengan skenario yang Tuhan berikan atas pertemuan kita. Semua masih ada di kepala, aromamu, lembut bibirmu, dan genggaman tanganmu.
sudah ratusan malam kita lewati berdua. Kita seakan tak ingin saling melepas pelukan kita. Kita saling menatap, saling melempar pujian, dan tak jarang kita saling tersenyum, seolah bersyukur kita saling memiliki.
Maret, bulan dimana aku meyakinkan diriku, bahwa aku adalah milikmu. Kaupun begitu, meyakinkan dirimu bahwa kau adalah milikku. Kita adalah syukur yang aku dan kau aminkan. Janji bersamamu pun sudah kita ikat, seakan tak pernah lekang. Tak pernah ada aku dan kau, yang ada hanya kita.
Namun, maret pula yang memisahkan. Entah badai apa yang datang. Aku pikir, semua akan baik-baik saja. Aku pikir, kita tidak akan terpisahkan oleh apapun. Kau tau kan, indahnya yang sudah kita lalui? Skenario apa yang sedang Tuhan ciptakan? Atau ini hanya skenario kan?
Baiklah, Aku percaya, ada alasan kenapa Tuhan mempertemukan kita, meskipun ujung dari pertemuan itu adalah perpisahan. Aku tidak pernah menyesali pertemuan itu.
Kita sempat berjalan bersama, namun akhirnya kau berbalik arah. Kau memutar arah jalanmu dan meninggalkanku. Punggung kita berhadapan, aku sempat berbalik menoleh, namun kau tak sebaliknya. Kau memilih untuk terus berjalan di jalanmu dan semakin jauh meninggalkanku. Aku terdiam, ingin mengejar, namun seperti tak mampu melangkah.
Akupun berbalik arah, namun aku tak berjalan. Aku hanya bisa terdiam sambil melihatmu semakin jauh melangkah. Aku masih tetap disini, memandangmu hanya sebatas punggungmu saja. Berharap kau menoleh dan kembali. Namun aku sadar langkahmu semakin jauh, dan punggungmu hampir samar.
Dan aku, masih di sini, menunggumu.
Ode xx
12/3/22, 02.40
Komentar
Posting Komentar