Jenuhku.
Ketika saat itu tiba, dimana ku dihujani oleh kegelisahan hati dan kebimbangan. Dimana semua orang hanya mengerti aku dari luar saja. Mereka tak tau beban yg kurasakan begitu berat, ketika aku juga diberi pilihan. Kadang ada orang memilih jauh, bukan berarti mereka tidak peduli, tetapi ada hal yg dijaganya dan ingin memberikan yg terbaik. Tapi terkadang aku tak mampu untuk memaparkan alasan itu, karna aku tak ingin dikasihani. Dalam benakku aku ingin mengatakan semuanya tapi semua tak akan seperti apa yg diharapkan.
Aku berada di titik ujung dimana aku memang harus menentukan pilihan. Bertahan atau mundur. Keduanya memiliki dampak positif dan negatif. Aku hanya tk ingin aku berada diantara orang yg tak menyenangiku. Aku tak tau kapan aku akan berhenti bernafas, tp aku hanya menginginkan kedamaian disekitarku. Aku tau semua itu sulit kudapat, maka dari itu terkadang kesendirianku yg memberikan damai. <br/>
Banyak , sungguh banyak orang disekitarku yg mampu membuatku senang, tertawa, tp lebih banyak lagi yg menggoreskan luka di hatiku. Bahkan mereka yg dulu tertawa bersamaku, mereka lah yg membuat luka itu. Terkadang aku tidak tau harus bagaimana, ketika aku berada diposisi yg salah, mereka menyalahkan. Mereka tak membenarkanku, malah mereka membiarkannya. Ya, mereka yg sudah kuanggap saudaraku sendiri. Mereka dan aku yg pernah melewati susah senang bersama. Tp kami harus pisah, karena cinta. Ya mereka sekarang telah mengenal cinta, sehingga mereka mendewakan cinta tersebut dan melupakan kebersamaan kami. Tak apa jika itu yg membuat mereka bahagia, akupun pasti bahagia.
Itulah mengapa sekarang aku tak terlalu memikirkan teman, maaf, tapi kurasa teman yg sesungguhnya adalah dia yg ada disaat aku susah dan tak akan menjatuhkan. Dan sampai sekarang akupun belum menemukannya. Tuhan juga yg betul yakan. Ketika ku berdoa, berbicara kepadaNya dan meminta kedamaian hati, ya aku diberikan.
Kembali ke masalah yg sebenarnya, aku sedang berada di ujung tanduk antara jatuh atau tidak. Sebenarnya, letak kesalahanku itu dimana? Mengapa mereka selalu menuduhku menjatuhkan gelas sementara aku tak ada menyentuhnya sama sekali, ibaratnya. Cukuup, jangan tambahi bebanku lagi jangan tambahi kesalahanku dengan mulut dustamu. Kau itu sama sepertiku, wanita yg memiliki hati yg lembut dan penyayang. Bahkan untuk sesamamu pun kau tak bersikap baik. Kau malah menimbulkan malapetaka dalam hidupku. Kau membuat semua orang percaya dengan mulut dustamu itu tentang aku yg buruk. Kau tersenyum manis didepan Ibuku tapi kau menusuk anaknya begitu dalam. KAU LAH ALASANKU MENGAPA AKU BEGINI. KAULAH SUMBER MASALAH DIHIDUPKU. TAK CUKUPKAH BERTAHUN TAHUN KAU MEMGUSIK HIDUPKU? Aku selalu sabar menghadapimu meski berderai air mata, aku tetap kuat. Cukup sampai di sini!! Aku lelah, dan pilihanku adalah aku akan keluar dan tak akan ada lagi di sana.
Dengan kondisi yg kurang sehat, kurasakan angin malam menusuk sampai ke tulangku. Berbaring di bawah selimut yg menghangatkanku. Ditemani sebuah lagu yg kuputar berulang-ulang. Inilah damaiku, sendiri dan menikmati hidup. Malam.
Aku berada di titik ujung dimana aku memang harus menentukan pilihan. Bertahan atau mundur. Keduanya memiliki dampak positif dan negatif. Aku hanya tk ingin aku berada diantara orang yg tak menyenangiku. Aku tak tau kapan aku akan berhenti bernafas, tp aku hanya menginginkan kedamaian disekitarku. Aku tau semua itu sulit kudapat, maka dari itu terkadang kesendirianku yg memberikan damai. <br/>
Banyak , sungguh banyak orang disekitarku yg mampu membuatku senang, tertawa, tp lebih banyak lagi yg menggoreskan luka di hatiku. Bahkan mereka yg dulu tertawa bersamaku, mereka lah yg membuat luka itu. Terkadang aku tidak tau harus bagaimana, ketika aku berada diposisi yg salah, mereka menyalahkan. Mereka tak membenarkanku, malah mereka membiarkannya. Ya, mereka yg sudah kuanggap saudaraku sendiri. Mereka dan aku yg pernah melewati susah senang bersama. Tp kami harus pisah, karena cinta. Ya mereka sekarang telah mengenal cinta, sehingga mereka mendewakan cinta tersebut dan melupakan kebersamaan kami. Tak apa jika itu yg membuat mereka bahagia, akupun pasti bahagia.
Itulah mengapa sekarang aku tak terlalu memikirkan teman, maaf, tapi kurasa teman yg sesungguhnya adalah dia yg ada disaat aku susah dan tak akan menjatuhkan. Dan sampai sekarang akupun belum menemukannya. Tuhan juga yg betul yakan. Ketika ku berdoa, berbicara kepadaNya dan meminta kedamaian hati, ya aku diberikan.
Kembali ke masalah yg sebenarnya, aku sedang berada di ujung tanduk antara jatuh atau tidak. Sebenarnya, letak kesalahanku itu dimana? Mengapa mereka selalu menuduhku menjatuhkan gelas sementara aku tak ada menyentuhnya sama sekali, ibaratnya. Cukuup, jangan tambahi bebanku lagi jangan tambahi kesalahanku dengan mulut dustamu. Kau itu sama sepertiku, wanita yg memiliki hati yg lembut dan penyayang. Bahkan untuk sesamamu pun kau tak bersikap baik. Kau malah menimbulkan malapetaka dalam hidupku. Kau membuat semua orang percaya dengan mulut dustamu itu tentang aku yg buruk. Kau tersenyum manis didepan Ibuku tapi kau menusuk anaknya begitu dalam. KAU LAH ALASANKU MENGAPA AKU BEGINI. KAULAH SUMBER MASALAH DIHIDUPKU. TAK CUKUPKAH BERTAHUN TAHUN KAU MEMGUSIK HIDUPKU? Aku selalu sabar menghadapimu meski berderai air mata, aku tetap kuat. Cukup sampai di sini!! Aku lelah, dan pilihanku adalah aku akan keluar dan tak akan ada lagi di sana.
Dengan kondisi yg kurang sehat, kurasakan angin malam menusuk sampai ke tulangku. Berbaring di bawah selimut yg menghangatkanku. Ditemani sebuah lagu yg kuputar berulang-ulang. Inilah damaiku, sendiri dan menikmati hidup. Malam.
Aku, 21 November 2014
Komentar
Posting Komentar